Curhatan Seorang Honorer

INTERMEZO
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suatu hari Seorang kawan berkata kepada saya “ Kamu ini terlalu sibuk untuk seorang honorer”
sibuk ? apa yang salah dengan sibuk selama kesibukan saya tidak menganggu dia maka itu bukanlah masalah. dan salahkan seorang honorer bekerja sesuai dengan koridor pekerjaannya.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Honorer dalam lingkungan tempat kerja saya lebih mengacu kepada pegawai yang dipekerjakan pihak sekolah atau instansi pemerintah. di angkat oleh kepala instansi tersebut dan bekerja sesuai dengan jenis pekerjaannya. jika guru maka disebut guru honorer, jika pegawai maka disebut pegawai honorer.
Pekerjaan saya sekolah merangkap 2 pekerjaan honorer, sebagai guru honorer dan pegawai Tata Usaha honorer juga. membagi waktu sebagai guru yang mengajar dan mendidik siswa di kelas kemudian sebagai guru yang mengerjakan pekerjaan adminstrasi sekolah (data sekolah, data guru, data siswa, dan lainnnya).
Mengerjakan dua pekerjaan sekaligus tidaklah mudah dan dua – duanya bisa di bilang “sedikit” melelahkan. bagaimana tidak seluruh data sekolah hanya dikelola oleh satu tenaga, dan satu tenaga itupun hampir tidak mampu mengelola seluruh data sekolah tersebut. mengelola data  185 siswa dan 12 orang guru (termasuk kepala sekolah) bisa dibilang jika tidak menguasai menajemen yang baik, akhirnya akan amat sangat berantakan.
saya sangat setuju sekali dengan pernyataan mantan menteri pendidikan era Jokowi yang sudah dipecat. Beliau menyatakan bawah tugas guru hanya mengajar dan bukan mengurusi tetek bengek masalah administrasi, maka tugas administrasilah yang mengerjakan itu semua. tapi bagaimana jika sekolah tersebut “belum” memiliki tenaga administrasi yang layak? sama saja sekolah tersebut akan berantakan.
seorang tenaga administrasi haruslah menguasai komputer, manajemen dan surat menyurat. menguasai komputer karena tuntukan dari kemajuan zaman dimana semua hal di kerjakan dengan komputerisasi. menguasai menajemen karena bertugas harus mengatur berkas keluar dan berkas masuk juga dokumentasi dokumen. surat menyurat karena proses administrasi sekolah tidak lepas dari surat dan dokumen sekolah.
Mengingat vitalnya pekerjaan administrasi tersebut. Maka dari itu sekolah harus memiliki paling tidak memiliki seorang tenaga administrasi, hal ini supaya tugas administrasi tidak dibebankan kepada guru yang ada disekolah tersebut. dan apakah pekerjaan seorang tenaga administrasi sibuk ? jelas sibuk. Maka saya menyimpulkan orang yang mengatakan saya terlalu sibuk, itu salah besar.
Dan apa korelasinya dengan Honorer, pada kenyataannya honorer bekerja di bawah UMP (Silahkan cek di lapangan). apa lagi dengan guru honorer. sesuai dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia nomor 8 tahun 2017 tentang petunjuk teknis bantuan operasional sekolah. maka di tetapkan hanya 15% dari dana BOS bisa digunakan untuk gajih honorer bila sekolah tersebut adalah sekolah negeri.  apakah itu cukup ? cukup saja untuk sekolah yang tidak banyak guru honorernya. akan tetapi berbanding terbalik dengan kenyataan jika sekolah tersebut memiliki banyak guru honorer (disekolah tempat saya bekerja ada 3 guru honorer).
saya merasakan ada ketidakadilan bahwa pekerjaan tata usaha PNS dan honorer itu sama tapi bayaran dibedakan. saya merasa aturan tersebut layaknya dikaji ulang, karena sangat “tidak berprikemanusiaan”.
pendidikan yang sifatnya vital tapi tidak dibarengi dengan penataan dan pemerataan yang serius. tentu akan menjadi permasalahan dikemudian hari. semoga dikemudian hari tidak hanya pembangunan saja yang diutamakan akan tetapi juga perlu dikaji kembali aturan – aturan yang lebih berpihak pada pegawai honorer yang sering kali kurang di”lihat”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mulai hari ini saya ingin selalu menulis (Hari Pertama)

Lebih dari Kamu.

Lebih baik sibuk di awal dan enak di akhir. (Catatan hari kedua bagian dua)